Jumat, 26 Desember 2014

Sukses Membuka Usaha Setelah Bangkit Dari Bencana


 Sukses Membuka Usaha Setelah Bangkit Dari Bencana

https://abriantonugraha.files.wordpress.com/2012/10/tarjono-slamet.jpg?w=593
Memiliki kekurangan fisik ternyata tidak membuat Tarjono Slamet menyerah pada keadaan. Lelaki berusia 39 tahun ini sempat merasa putus asa ketika Ia harus kehilangan kaki kirinya dan mengalami kerusakan syaraf pada sepuluh jari tangannya, akibat kecelakaan kerja yang dialaminya pada tahun 1990.
Saat itu Tarjono Slamet yang bekerja di PLN unit Klaten sedang memperbaiki jaringan sebuah menara bertegangan tinggi bersama dengan kedua rekannya. Sayangnya takdir berkehendak lain, pekerjaan tersebut tidak berjalan lancar dan tubuh Tarjono kesetrum listrik tegangan tinggi yang mengakibatkan dirinya tak sadarkan diri selama satu hari satu malam dan mengalami cacat permanen hingga sekarang ini.
Meskipun awalnya cukup berat bagi Tarjono untuk menerima musibah tersebut, namun Ia tidak lantas berpangku tangan dan menjadi beban bagi orang lain. Dengan dukungan penuh dari keluarga dan para sahabatnya, Tarjono mulai bangkit dan ikut bergabung di sebuah yayasan rehabilitasi penyandang cacat di kota Yogyakarta. Disanalah Tarjono mendapatkan pemulihan mental dan berbagai pendidikan serta keterampilan khusus yang kini menjadi modal utamanya dalam menjalankan bisnis kerajinan kayu.
Perjalanan Membuka Usaha
Setelah mendapatkan bekal keterampilan ditambah dengan pelatihan yang diikutinya hingga Selandia Baru, Belanda, dan Australia, Tarjono memutuskan untuk mendirikan CV. Mandiri Craft yang memproduksi aneka macam alat peraga edukatif yang terbuat dari kayu. Dengan modal uang sebesar 150 juta yang didapatkannya dari sisa tabungan selama bekerja di PLN, Tarjono merekrut 25 orang karyawan yang semuanya juga penyandang cacat dari daerah Semarang, Gunung Kidul, Magetan, dan Banyuwangi.
Bisnis tersebut berkembang cukup pesat hingga berhasil mendatangkan omset penjualan setiap bulannya 150 juta rupiah pada tahun 2005 sampai awal tahun 2006. Namun, keberhasilan tersebut harus kembali diuji dengan bencana gempa bumi 5,9 SR yang meluluhlantakkan sebagian besar kota Yogyakarta, termasuk juga tempat usaha milik Tarjono. Mesin-mesin, serta satu container produk siap ekspor hancur tertimbun bangunan yang roboh karena bencana tersebut, bahkan diperkirakan kerugian yang ditanggung Tarjono saat itu mencapai angka milyaran rupiah.
Dengan modal usaha dan semangat yang masih tersisa, Tarjono mencoba mengajak rekan-rekannya untuk kembali bangkit menata ulang Mandiri Craft yang sempat hancur terkena bencana gempa bumi 5 tahun silam. Kegigihan tersebut ternyata membuahkan hasil yang manis, Tarjono mendapatkan bantuan dari donatur di berbagai negara, seperti Belanda, Malaysia, dan Jepang.
Semangat, ketekunan, serta kemandirian Tarjono dalam memberikan kesejahteraan bagi 55 orang karyawannya yang semuanya penyandang cacat, mengantarkan lelaki kelahiran Pekalongan ini sebagai penerimaDanamon Award 2010 dan berhasil memajukan usahanya hingga menembus pasar nasional bahkan internasional. Mandiri Craft kini telah menjadi produsen aneka mainan edukatif yang memiliki dua showroom besar yaitu di Jl. Parangtritis km 7,5 dan di Jl. Parangtritis km 9 Yogyakarta.
Semoga profil pengusaha Tarjono Slamet yang sukses membuka usaha setelah bangkit dari bencana, memberikan inspirasi bagi kita semua untuk terus berkarya, dan tak mudah putus asa. Lakukan apa yang Anda bisa, dan berikan manfaat bagi orang di sekitar Anda. Selalu ada peluang bila Anda mau untuk mencobanya. Salam sukses.

VIKTOR FRANKL (1905-1997)


Viktor Emil Frankl dilahirkan dalam keluarga Yahudi pada tanggal 26 Maret 1905 di Austria dan meninggal dunia pada tanggal 02 September 1997 di Austria. Nilai-nilai dan kepercayaan Yahudi memiliki pengaruh yang kuat terhadap Frankl. Hal tersebutlah yang membuat Frankl memiliki minat yang besar didalam persolan keagamaan, khususnya dalam konteks makna dari hidup. Viktor E. Frankl adalah Profesor dalam bidang neurologi dan psikiatri di The University of Vienna Medical School dan guru besar pada bidang logotherapy pada U.S. International University.
Viktor Emil Franklin merupakan pendiri logotherapy dan Analisis Eksistensial, "Aliran Wina Ketiga" dalam psikoterapi. Logotherapy merupakan gabungan dari kata logos yaitu meaning (makna), jadi Logotherapy merupakan terapi yang melampaui makna.

Landasan Filosofi dari Viktor Frankl: 
      1. The Freedom of Will
Yaitu kebebasan seseorang untuk bertanggung jawab. Menurut Frankl meskipun kondisi luar mempengaruhi kehidupan, namun individu bebas memilih reaksi dalam menghadapi,  merepson danmenangani kondisi-kondisi tersebut.  Manusia harus menghargai kemampuannya dalam mengambil sikap untuk mencapai kondisi yang diinginkannya. Manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh lingkungannya, namun dirinyalah yang lebih menentukan apa yang akan dilakukan terhadap berbagai kondisi itu. Dengan kata lain manusialah yang menentukan dirinya sendiri.

       2.    The Will to Meaning
Motivasi dasar manusia yang tertuju kepada hal-hal dasar di luar diri individu itu sendiri sehingga The Will to Meaning ini tidak bersifat self-centered (terpusat kepada diri sendiri).

       3.    The Meaning of Life
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang selalu berusaha untuk memaknai hidupnya. Frankl menganggap bahwa makna hidupdapat ditemukan didalam kehidupan manusia dan hal tersebutbersifat unik, spesisfik, personal, sehingga masing-masing orang mempunyai makna hidupnya yang khas dan cara penghayatan yang berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lainnya. The Meaning of Life tidak dapat kita terima dari orang lain ataupun diberikan oleh orang lain, sebab kita harus dapat menemukannya dengan diri sendiri kita.

Sumber Makna Hidup menurut Viktor Frankl:
     1.     Creative Values
Makna hidup seseoang hendaknya berasal dari berkarya, bekerja, menciptakan, dan melaksanakannya karena seorang individu memang mencintai apa yang dikerjakannya.
     2.    Experiental Values
Bagaimana seorang individu meyakini dan memahami kebenaran yang ada, nilai-nilai keyakinan, keindahan, cinta kasih, serta keimanannya.
     3.    Attitudinal Values
Bagaimana seorang individu dapat mengambil sikap dan langkah yang tepat dan pasti terhadap suatu peristiwa buruk yang menimpanya dan tidak dapat dihindarinya.


PEMBAHASAN (ANALISIS KASUS)

Meskipun awalnya cukup berat bagi Tarjono untuk menerima musibah tersebut, namun Ia tidak lantas berpangku tangan dan menjadi beban bagi orang lain. Dengan dukungan penuh dari keluarga dan para sahabatnya, Tarjono mulai bangkit dan ikut bergabung di sebuah yayasan rehabilitasi penyandang cacat di kota Yogyakarta. Disanalah Tarjono mendapatkan pemulihan mental dan berbagai pendidikan serta keterampilan khusus yang kini menjadi modal utamanya dalam menjalankan bisnis kerajinan kayu.yaitu, The Freedom of Will.

Perjalanan membuka usaha
Setelah mendapatkan bekal keterampilan ditambah dengan pelatihan yang diikutinya hingga Selandia Baru, Belanda, dan Australia, Tarjono memutuskan untuk mendirikan CV. Mandiri Craft yang memproduksi aneka macam alat peraga edukatif yang terbuat dari kayu. Dengan modal uang sebesar 150 juta yang didapatkannya dari sisa tabungan selama bekerja di PLN, Tarjono merekrut 25 orang karyawan yang semuanya juga penyandang cacat dari daerah Semarang, Gunung Kidul, Magetan, dan Banyuwangi.
Bisnis tersebut berkembang cukup pesat hingga berhasil mendatangkan omset penjualan setiap bulannya 150 juta rupiah pada tahun 2005 sampai awal tahun 2006. Namun, keberhasilan tersebut harus kembali diuji dengan bencana gempa bumi 5,9 SR yang meluluhlantakkan sebagian besar kota Yogyakarta, termasuk juga tempat usaha milik Tarjono. Mesin-mesin, serta satu container produk siap ekspor hancur tertimbun bangunan yang roboh karena bencana tersebut, bahkan diperkirakan kerugian yang ditanggung Tarjono saat itu mencapai angka milyaran rupiah.
. Seperti yang dikatakan oleh Viktor Frankl, bahwa individu bebas memilih reaksi dalam menghadapi,  merepson danmenangani kondisi-kondisi tersebut.  Manusia harus menghargai kemampuannya dalam mengambil sikap untuk mencapai kondisi yang diinginkannya. Manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh lingkungannya, namun dirinyalah yang lebih menentukan apa yang akan dilakukan terhadap berbagai kondisi itu. Dengan kata lain manusialah yang menentukan dirinya sendiri. Sesuai dengan konsep The Will to Meaning,
Konsep The Meaning of Life dapat kita lihat di sini, Dengan modal usaha dan semangat yang masih tersisa, Tarjono mencoba mengajak rekan-rekannya untuk kembali bangkit menata ulang Mandiri Craft yang sempat hancur terkena bencana gempa bumi 5 tahun silam. Kegigihan tersebut ternyata membuahkan hasil yang manis, Tarjono mendapatkan bantuan dari donatur di berbagai negara, seperti Belanda, Malaysia, dan Jepang.
Dimana The Meaning of Life tidak dapat kita terima dari orang lain ataupun diberikan oleh orang lain, sebab kita harus dapat menemukannya dengan diri sendiri kita. makna hidup bersifat unik, spesisfik, personal, sehingga masing-masing orang mempunyai makna hidupnya yang khas dan cara penghayatan yang berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lainnya.

Teori Viktor Frankl mengenai 3 Sumber makna hidup yang dikaitkan dengan kasus di atas adalah sebagai berikut:
     1.     Creative Values
Makna hidup seseoang hendaknya berasal dari berkarya, bekerja, menciptakan, dan melaksanakannya karena seorang individu memang mencintai apa yang dikerjakannya. Semangat, ketekunan, serta kemandirian Tarjono dalam memberikan kesejahteraan bagi 55 orang karyawannya yang semuanya penyandang cacat, mengantarkan lelaki kelahiran Pekalongan ini sebagai penerimaDanamon Award 2010 dan berhasil memajukan usahanya hingga menembus pasar nasional bahkan internasional.
     2.    Experiental Values
Bagaimana seorang individu meyakini dan memahami kebenaran yang ada, nilai-nilai keyakinan, keindahan, cinta kasih, serta keimanannya. Meskipun awalnya cukup berat bagi Tarjono untuk menerima musibah tersebut, namun Ia tidak lantas berpangku tangan dan menjadi beban bagi orang lain. Dengan dukungan penuh dari keluarga dan para sahabatnya, Tarjono mulai bangkit dan ikut bergabung di sebuah yayasan rehabilitasi penyandang cacat di kota Yogyakarta. Disanalah Tarjono mendapatkan pemulihan mental dan berbagai pendidikan serta keterampilan khusus yang kini menjadi modal utamanya dalam menjalankan bisnis kerajinan  kayu.

     3.    Attitudinal Values
Bagaimana seorang individu dapat mengambil sikap dan langkah yang tepat dan pasti terhadap suatu peristiwa buruk yang menimpanya dan tidak dapat dihindarinya Memiliki kekurangan fisik ternyata tidak membuat Tarjono Slamet menyerah pada keadaan. Lelaki berusia 39 tahun ini sempat merasa putus asa ketika Ia harus kehilangan kaki kirinya dan mengalami kerusakan syaraf pada sepuluh jari tangannya, akibat kecelakaan kerja yang dialaminya pada tahun 1990. Dengan modal usaha dan semangat yang masih tersisa, Tarjono mencoba mengajak rekan-rekannya untuk kembali bangkit menata ulang Mandiri Craft yang sempat hancur terkena bencana gempa bumi 5 tahun silam. Kegigihan tersebut ternyata membuahkan hasil yang manis, Tarjono mendapatkan bantuan dari donatur di berbagai negara, seperti Belanda, Malaysia, dan Jepang.