Sukses Membuka Usaha Setelah Bangkit Dari Bencana
Memiliki kekurangan fisik ternyata tidak membuat Tarjono Slamet menyerah
pada keadaan. Lelaki berusia 39 tahun ini sempat merasa putus asa ketika Ia
harus kehilangan kaki kirinya dan mengalami kerusakan syaraf pada sepuluh jari
tangannya, akibat kecelakaan kerja yang dialaminya pada tahun 1990.
Saat itu Tarjono Slamet yang bekerja di PLN unit Klaten sedang memperbaiki
jaringan sebuah menara bertegangan tinggi bersama dengan kedua rekannya.
Sayangnya takdir berkehendak lain, pekerjaan tersebut tidak berjalan lancar dan
tubuh Tarjono kesetrum listrik tegangan tinggi yang mengakibatkan dirinya tak
sadarkan diri selama satu hari satu malam dan mengalami cacat permanen hingga
sekarang ini.
Meskipun awalnya cukup berat bagi Tarjono untuk menerima musibah tersebut,
namun Ia tidak lantas berpangku tangan dan menjadi beban bagi orang lain.
Dengan dukungan penuh dari keluarga dan para sahabatnya, Tarjono mulai bangkit
dan ikut bergabung di sebuah yayasan rehabilitasi penyandang cacat di kota
Yogyakarta. Disanalah Tarjono mendapatkan pemulihan mental dan berbagai
pendidikan serta keterampilan khusus yang kini menjadi modal utamanya dalam
menjalankan bisnis kerajinan kayu.
Perjalanan Membuka Usaha
Setelah mendapatkan bekal keterampilan ditambah dengan pelatihan yang diikutinya hingga Selandia Baru, Belanda, dan Australia, Tarjono memutuskan untuk mendirikan CV. Mandiri Craft yang memproduksi aneka macam alat peraga edukatif yang terbuat dari kayu. Dengan modal uang sebesar 150 juta yang didapatkannya dari sisa tabungan selama bekerja di PLN, Tarjono merekrut 25 orang karyawan yang semuanya juga penyandang cacat dari daerah Semarang, Gunung Kidul, Magetan, dan Banyuwangi.
Perjalanan Membuka Usaha
Setelah mendapatkan bekal keterampilan ditambah dengan pelatihan yang diikutinya hingga Selandia Baru, Belanda, dan Australia, Tarjono memutuskan untuk mendirikan CV. Mandiri Craft yang memproduksi aneka macam alat peraga edukatif yang terbuat dari kayu. Dengan modal uang sebesar 150 juta yang didapatkannya dari sisa tabungan selama bekerja di PLN, Tarjono merekrut 25 orang karyawan yang semuanya juga penyandang cacat dari daerah Semarang, Gunung Kidul, Magetan, dan Banyuwangi.
Bisnis tersebut berkembang cukup pesat hingga berhasil mendatangkan
omset penjualan setiap bulannya 150 juta rupiah pada tahun 2005 sampai awal
tahun 2006. Namun, keberhasilan tersebut harus kembali diuji dengan bencana
gempa bumi 5,9 SR yang meluluhlantakkan sebagian besar kota Yogyakarta,
termasuk juga tempat usaha milik Tarjono. Mesin-mesin, serta satu container
produk siap ekspor hancur tertimbun bangunan yang roboh karena bencana
tersebut, bahkan diperkirakan kerugian yang ditanggung Tarjono saat itu
mencapai angka milyaran rupiah.
Dengan modal usaha dan semangat yang masih tersisa, Tarjono mencoba
mengajak rekan-rekannya untuk kembali bangkit menata ulang Mandiri Craft yang
sempat hancur terkena bencana gempa bumi 5 tahun silam. Kegigihan tersebut
ternyata membuahkan hasil yang manis, Tarjono mendapatkan bantuan dari donatur
di berbagai negara, seperti Belanda, Malaysia, dan Jepang.
Semangat, ketekunan, serta kemandirian Tarjono dalam
memberikan kesejahteraan bagi 55 orang karyawannya yang semuanya penyandang
cacat, mengantarkan lelaki kelahiran Pekalongan ini sebagai penerimaDanamon
Award 2010 dan berhasil memajukan usahanya hingga menembus pasar
nasional bahkan internasional. Mandiri Craft kini telah menjadi produsen aneka
mainan edukatif yang memiliki dua showroom besar yaitu di Jl.
Parangtritis km 7,5 dan di Jl. Parangtritis km 9 Yogyakarta.
Semoga profil pengusaha Tarjono Slamet yang sukses membuka usaha
setelah bangkit dari bencana, memberikan inspirasi bagi kita semua untuk terus
berkarya, dan tak mudah putus asa. Lakukan apa yang Anda bisa, dan berikan
manfaat bagi orang di sekitar Anda. Selalu ada peluang bila Anda mau untuk
mencobanya. Salam sukses.
VIKTOR FRANKL (1905-1997)
Viktor Emil Frankl dilahirkan dalam keluarga Yahudi pada tanggal 26 Maret 1905 di Austria dan meninggal dunia pada tanggal 02 September 1997 di Austria. Nilai-nilai dan kepercayaan Yahudi memiliki pengaruh yang kuat terhadap Frankl. Hal tersebutlah yang membuat Frankl memiliki minat yang besar didalam persolan keagamaan, khususnya dalam konteks makna dari hidup. Viktor E. Frankl adalah Profesor dalam bidang neurologi dan psikiatri di The University of Vienna Medical School dan guru besar pada bidang logotherapy pada U.S. International University.
Viktor Emil
Franklin merupakan pendiri logotherapy dan Analisis Eksistensial, "Aliran
Wina Ketiga" dalam psikoterapi. Logotherapy merupakan gabungan dari kata
logos yaitu meaning (makna), jadi Logotherapy merupakan terapi yang melampaui
makna.
Landasan
Filosofi dari Viktor Frankl:
1. The Freedom of Will
Yaitu
kebebasan seseorang untuk bertanggung jawab. Menurut Frankl meskipun kondisi
luar mempengaruhi kehidupan, namun individu bebas memilih reaksi dalam
menghadapi, merepson danmenangani kondisi-kondisi tersebut. Manusia
harus menghargai kemampuannya dalam mengambil sikap untuk mencapai kondisi yang
diinginkannya. Manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh lingkungannya,
namun dirinyalah yang lebih menentukan apa yang akan dilakukan terhadap
berbagai kondisi itu. Dengan kata lain manusialah yang menentukan dirinya
sendiri.
2. The
Will to Meaning
Motivasi
dasar manusia yang tertuju kepada hal-hal dasar di luar diri individu itu
sendiri sehingga The Will to Meaning ini tidak bersifat self-centered (terpusat
kepada diri sendiri).
3. The
Meaning of Life
Pada
dasarnya, manusia adalah makhluk yang selalu berusaha untuk memaknai hidupnya. Frankl
menganggap bahwa makna hidupdapat ditemukan didalam kehidupan manusia dan hal
tersebutbersifat unik, spesisfik, personal, sehingga masing-masing orang
mempunyai makna hidupnya yang khas dan cara penghayatan yang berbeda antara
pribadi yang satu dengan yang lainnya. The Meaning of Life tidak dapat
kita terima dari orang lain ataupun diberikan oleh orang lain, sebab kita harus
dapat menemukannya dengan diri sendiri kita.
Sumber Makna
Hidup menurut Viktor Frankl:
1. Creative
Values
Makna hidup
seseoang hendaknya berasal dari berkarya, bekerja, menciptakan, dan
melaksanakannya karena seorang individu memang mencintai apa yang
dikerjakannya.
2. Experiental
Values
Bagaimana
seorang individu meyakini dan memahami kebenaran yang ada, nilai-nilai
keyakinan, keindahan, cinta kasih, serta keimanannya.
3. Attitudinal
Values
Bagaimana
seorang individu dapat mengambil sikap dan langkah yang tepat dan pasti
terhadap suatu peristiwa buruk yang menimpanya dan tidak dapat dihindarinya.
PEMBAHASAN
(ANALISIS KASUS)
Meskipun
awalnya cukup berat bagi Tarjono untuk menerima musibah tersebut, namun Ia
tidak lantas berpangku tangan dan menjadi beban bagi orang lain. Dengan
dukungan penuh dari keluarga dan para sahabatnya, Tarjono mulai bangkit dan
ikut bergabung di sebuah yayasan rehabilitasi penyandang cacat di kota
Yogyakarta. Disanalah Tarjono mendapatkan pemulihan mental dan berbagai
pendidikan serta keterampilan khusus yang kini menjadi modal utamanya dalam menjalankan
bisnis kerajinan kayu.yaitu, The Freedom of Will.
Perjalanan membuka usaha
Setelah mendapatkan bekal keterampilan ditambah dengan pelatihan yang diikutinya hingga Selandia Baru, Belanda, dan Australia, Tarjono memutuskan untuk mendirikan CV. Mandiri Craft yang memproduksi aneka macam alat peraga edukatif yang terbuat dari kayu. Dengan modal uang sebesar 150 juta yang didapatkannya dari sisa tabungan selama bekerja di PLN, Tarjono merekrut 25 orang karyawan yang semuanya juga penyandang cacat dari daerah Semarang, Gunung Kidul, Magetan, dan Banyuwangi.
Setelah mendapatkan bekal keterampilan ditambah dengan pelatihan yang diikutinya hingga Selandia Baru, Belanda, dan Australia, Tarjono memutuskan untuk mendirikan CV. Mandiri Craft yang memproduksi aneka macam alat peraga edukatif yang terbuat dari kayu. Dengan modal uang sebesar 150 juta yang didapatkannya dari sisa tabungan selama bekerja di PLN, Tarjono merekrut 25 orang karyawan yang semuanya juga penyandang cacat dari daerah Semarang, Gunung Kidul, Magetan, dan Banyuwangi.
Bisnis tersebut berkembang cukup pesat hingga berhasil mendatangkan
omset penjualan setiap bulannya 150 juta rupiah pada tahun 2005 sampai awal
tahun 2006. Namun, keberhasilan tersebut harus kembali diuji dengan bencana
gempa bumi 5,9 SR yang meluluhlantakkan sebagian besar kota Yogyakarta,
termasuk juga tempat usaha milik Tarjono. Mesin-mesin, serta satu container
produk siap ekspor hancur tertimbun bangunan yang roboh karena bencana
tersebut, bahkan diperkirakan kerugian yang ditanggung Tarjono saat itu
mencapai angka milyaran rupiah.
. Seperti
yang dikatakan oleh Viktor Frankl, bahwa individu bebas memilih reaksi
dalam menghadapi, merepson danmenangani kondisi-kondisi
tersebut. Manusia harus menghargai kemampuannya dalam mengambil
sikap untuk mencapai kondisi yang diinginkannya. Manusia tidak sepenuhnya
ditentukan oleh lingkungannya, namun dirinyalah yang lebih menentukan apa yang
akan dilakukan terhadap berbagai kondisi itu. Dengan kata lain manusialah yang
menentukan dirinya sendiri. Sesuai dengan konsep The Will to
Meaning,
Konsep The Meaning of Life dapat kita lihat di sini, Dengan
modal usaha dan semangat yang masih tersisa, Tarjono mencoba mengajak
rekan-rekannya untuk kembali bangkit menata ulang Mandiri Craft yang sempat
hancur terkena bencana gempa bumi 5 tahun silam. Kegigihan tersebut ternyata
membuahkan hasil yang manis, Tarjono mendapatkan bantuan dari donatur di
berbagai negara, seperti Belanda, Malaysia, dan Jepang.
Dimana The
Meaning of Life tidak dapat kita terima dari orang lain ataupun diberikan oleh
orang lain, sebab kita harus dapat menemukannya dengan diri sendiri kita. makna
hidup bersifat unik, spesisfik, personal, sehingga masing-masing orang
mempunyai makna hidupnya yang khas dan cara penghayatan yang berbeda antara
pribadi yang satu dengan yang lainnya.
Teori Viktor
Frankl mengenai 3 Sumber makna hidup yang dikaitkan dengan kasus di atas adalah
sebagai berikut:
1. Creative
Values
Makna hidup
seseoang hendaknya berasal dari berkarya, bekerja, menciptakan, dan
melaksanakannya karena seorang individu memang mencintai apa yang
dikerjakannya. Semangat, ketekunan, serta kemandirian Tarjono dalam memberikan
kesejahteraan bagi 55 orang karyawannya yang semuanya penyandang cacat,
mengantarkan lelaki kelahiran Pekalongan ini sebagai penerimaDanamon Award
2010 dan berhasil memajukan usahanya hingga menembus pasar nasional
bahkan internasional.
2. Experiental
Values
Bagaimana
seorang individu meyakini dan memahami kebenaran yang ada, nilai-nilai
keyakinan, keindahan, cinta kasih, serta keimanannya. Meskipun awalnya cukup
berat bagi Tarjono untuk menerima musibah tersebut, namun Ia tidak lantas
berpangku tangan dan menjadi beban bagi orang lain. Dengan dukungan penuh dari
keluarga dan para sahabatnya, Tarjono mulai bangkit dan ikut bergabung di
sebuah yayasan rehabilitasi penyandang cacat di kota Yogyakarta. Disanalah Tarjono
mendapatkan pemulihan mental dan berbagai pendidikan serta keterampilan khusus
yang kini menjadi modal utamanya dalam menjalankan bisnis kerajinan kayu.
3. Attitudinal
Values
Bagaimana seorang individu dapat mengambil sikap dan langkah yang tepat dan
pasti terhadap suatu peristiwa buruk yang menimpanya dan tidak dapat
dihindarinya Memiliki kekurangan fisik ternyata tidak membuat Tarjono Slamet
menyerah pada keadaan. Lelaki berusia 39 tahun ini sempat merasa putus asa
ketika Ia harus kehilangan kaki kirinya dan mengalami kerusakan syaraf pada
sepuluh jari tangannya, akibat kecelakaan kerja yang dialaminya pada tahun
1990. Dengan modal usaha dan semangat yang masih tersisa, Tarjono mencoba
mengajak rekan-rekannya untuk kembali bangkit menata ulang Mandiri Craft yang
sempat hancur terkena bencana gempa bumi 5 tahun silam. Kegigihan tersebut
ternyata membuahkan hasil yang manis, Tarjono mendapatkan bantuan dari donatur
di berbagai negara, seperti Belanda, Malaysia, dan Jepang.